Halaman

Selasa, 02 Oktober 2012

Mindset yang Harus Diubah

Hari semakin gelap yang menunjukkan keanggunannya dalam semarak ibu kota, meskipun malam tak bertahtakan bintang, meskipun ia akan mengalirkan air matanya untuk membasahi bumi ini.  Deru suara kendaraan beroda melengkapi menu harian kemacetan yang tak kunjung terselesaikan. Namun langkahku untuk menuntut ilmu tak tersurutkan olehnya. Langkah demi langkah kutapaki dengan berharap agar mendapatkan secuil ilmu dari lembaga pendidikan yang tersohor dengan kampus reformasinya. Berharap mendapatkan ilmu segar dari nikmat Allah atas perkuliahan kali ini, namun ada secuil rasa yang sungguh tak mengenakkan kalbuku. Ketika sang dosen mulai memperkenalkan dirinya dengan percaya dirinya nan angkuh, beliau berkata : “saya punya mobil 5, saya baru beli rumah seharga 3 milyar, setiap bulan saya selalu jalan jalan ke luar negeri, anak saya di Canada dan menetap disana, anak saya punya apartemen, saya memang kaya, dan anda (sambil nunjuk ke mahasiswa) pun harus kaya… masa kalah sama umur 53 tahun???
Memang jika dilihat dari sudut pandang yang lain, ini sangat positif, menantang anak muda untuk bisa seperti dosen itu, atau bahkan lebih dari yang bisa diraih dosen itu. Tetapi menurut saya ada yang salah dalam penyampain dosen itu, kenapa dalam pencapaian hidup ini harus berorientasikan kepada yang namanya “kekayaan harta”, apakah memang dengan melimpahnya harta akan bahagia? Apakah dengan melimpahnya harta, hidup kita akan terhormat di mata Allah? Apakah dengan melimpahnya harta bisa menjamin kita masuk syurga Allah? Inilah yang ingin saya sampaikan, kenapa tujuan kita bukan akhirat? kenapa berlomba lomba dalam kekayaan? Apakah memang semua hartanya akan dibawa ke liang lahat? Kenapa malah dunia sebagai acuan untuk mencapai kenikmatan yang hanya sedikit?
Ingatkah ketika Rasulullah saw bersabda: "Demi allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang menetes di jarinya ketika diangkat itulah nikmat dunia" (HR. Muslim). Mengapa nikmat dunia hanya satu tetes air yang menetes dari jari yang dicelupkan di laut dan diangkat? karena sesungguhnya luas surga yang disediakan buat orang bertaqwa adalah seluas langit dan bumi. Allah berfirman dalam Qs 3.133: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa."
Nah jadi sudah jelas bahwa tujuan kita hanya Allah, bukan kekayaan yang menjadi orientasi hidup ini. Persiapkanlah akhiratmu juga, ketika akherat menjadi acuan kita maka dunia akan mengikuti, tetapi ketika dunia menjadi tujuan kita, maka jangan harap akherat akan mengikutimu, seperti menanam padi, jika kita menanam padi maka tanpa disengaja disekitar padi akan ditumbuhi rumput, tetapi ketika kita menanam rumput apakah akan tumbuh padi? Tentu jawabannya adalah tidak. Tapi sekarang muncul pertanyaan, apakah kita tidak boleh menjadi kaya? Jawabannya adalah boleh boleh saja, ingatkah kholifah Usman bin Affan? Beliau sahabat nabi yang sangat sangat kaya raya, so menjadi kaya boleh asal tidak menjadi orientasi hidup, tetap orientasi kita adalah akherat. Silakan bekerja dan mencari nafkah di dunia dengan maksimal dan ingat, jangan kau tinggalkan akheratnya pula.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar