Dunia
pendidikan mengajarkan kita agar menjadi manusia yang cerdas, baik cerdas dalam
emosional, cerdas dalam spiritual, dan cerdas dalam intelektual. Menjadi cerdas
butuh proses, butuh waktu, butuh pemahaman yang matang dalam suatu entitas tersebut. Namun sangat
disayangkan jika proses untuk mencapai kecerdasan tersebut tidak dapat
dilakukan. Maka yang terbentuk adalah manusia manusia karbitan. Kenapa saya katakan
seperti itu? Karena tanpa melalui tahapan “proses” tersebut muncullah manusia
instan, manusia yang tidak tahu bagaimana cara mendapatkan sebuah output. Maka manusia
inilah yang gampang untuk dibodoh-bodohi, dan gampang untuk digelincirkan.
Sebagai
contoh, saya ambil dari proses kegiatan mengajar seperti, menjadi seorang "pengajar" di lingkungan kampus. Seorang pengajar berfungsi untuk membantu mahasiswa dalam proses
belajar untuk lebih memahami mata kuliah yang diajarkan. Tentunya dari proses
belajar ini sangat membantu, jika orang yang diajar dan yang mengajar saling berkontribusi
sehingga membentuk suasana yang kondusif. Namun alangkah disayangkan jika salah
satu dari kedua belah pihak tidak dapat berkontribusi dengan baik, sehingga
menimbulkan output yang kurang baik juga. Sebuah kasus yang pernah saya alami,
adalah ketika sang pengajar memberikan sebuah soal, dan langsung memberikan
jawabannya/hasilnya, tanpa menerangkan bagaimana hasil tersebut diperoleh. Sehingga
memunculkan mahasiswa-mahasiswa yang hafal dengan hasil bukan dengan caranya.
Inilah
yang dimaksud dengan memunculkan manusia karbitan, manusia yang hafal verbal
tapi tidak paham nalar (proses berfikir), seperti halnya burung beo yang mampu
mengucapkan apapun tapi tidak mengerti apa yang diucapakannya. Apakah dengan
konsep seperti ini akan muncul manusia
yang cerdas? Tentu tidak. Maka penting sekali sebuah proses dalam pencapaian
tujuan. Sehingga kami bisa mengerti dan paham apa yang diajarkan.
Jangan
sia-siakan harapan kami para mahasiswa yang ingin belajar serius. Jangan hapuskan
cita cita kami untuk menjadi manusia yang cerdas di kampus ini. Kami menggantungkan
cita cita setinggi langit agar bisa menjadi manusia yang berguna bagi tanah
air. Ajarilah kami dengan ilmu yang bermanfaat, ajarilah kami dengan sabar,
ajarilah kami sebagaimana guru terbaik mengajarkan kepada anak didiknya. Ajarilah
kami sebuah proses, langkah demi langkah. Ajarilah kami dengan ilmu yang kau
peroleh, dan janganlah kau sembunyikan sedikit pun dari kami, bukankah Allah menjelaskan
dalam firman-NYA : “Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula)
oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku
menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [QS.
Al-Baqarah : 159-160].
Sebagai
dari akhir ulasan ini, saya mengucapkan mohon maaf jika ada salah kata, atau
ada kalimat yang kurang berkenan yang mendeskriditkan karakter sebuah profesi. Goreskanlah
kritik dan saran yang membangun. Terimakasih J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar