Halaman

Senin, 08 Oktober 2012

Ajari Aku Caranya Bukan Hasilnya


Dunia pendidikan mengajarkan kita agar menjadi manusia yang cerdas, baik cerdas dalam emosional, cerdas dalam spiritual, dan cerdas dalam intelektual. Menjadi cerdas butuh proses, butuh waktu, butuh pemahaman yang matang dalam  suatu entitas tersebut. Namun sangat disayangkan jika proses untuk mencapai kecerdasan tersebut tidak dapat dilakukan. Maka yang terbentuk adalah manusia manusia karbitan. Kenapa saya katakan seperti itu? Karena tanpa melalui tahapan “proses” tersebut muncullah manusia instan, manusia yang tidak tahu bagaimana cara mendapatkan sebuah output. Maka manusia inilah yang gampang untuk dibodoh-bodohi, dan gampang untuk digelincirkan.
Sebagai contoh, saya ambil dari proses kegiatan mengajar seperti, menjadi seorang "pengajar" di lingkungan kampus. Seorang pengajar berfungsi untuk membantu mahasiswa dalam proses belajar untuk lebih memahami mata kuliah yang diajarkan. Tentunya dari proses belajar ini sangat membantu, jika orang yang diajar dan yang mengajar saling berkontribusi sehingga membentuk suasana yang kondusif. Namun alangkah disayangkan jika salah satu dari kedua belah pihak tidak dapat berkontribusi dengan baik, sehingga menimbulkan output yang kurang baik juga. Sebuah kasus yang pernah saya alami, adalah ketika sang pengajar memberikan sebuah soal, dan langsung memberikan jawabannya/hasilnya, tanpa menerangkan bagaimana hasil tersebut diperoleh. Sehingga memunculkan mahasiswa-mahasiswa yang hafal dengan hasil bukan dengan caranya.
Inilah yang dimaksud dengan memunculkan manusia karbitan, manusia yang hafal verbal tapi tidak paham nalar (proses berfikir), seperti halnya burung beo yang mampu mengucapkan apapun tapi tidak mengerti apa yang diucapakannya. Apakah dengan konsep seperti  ini akan muncul manusia yang cerdas? Tentu tidak. Maka penting sekali sebuah proses dalam pencapaian tujuan. Sehingga kami bisa mengerti dan paham apa yang diajarkan.
Jangan sia-siakan harapan kami para mahasiswa yang ingin belajar serius. Jangan hapuskan cita cita kami untuk menjadi manusia yang cerdas di kampus ini. Kami menggantungkan cita cita setinggi langit agar bisa menjadi manusia yang berguna bagi tanah air. Ajarilah kami dengan ilmu yang bermanfaat, ajarilah kami dengan sabar, ajarilah kami sebagaimana guru terbaik mengajarkan kepada anak didiknya. Ajarilah kami sebuah proses, langkah demi langkah. Ajarilah kami dengan ilmu yang kau peroleh, dan janganlah kau sembunyikan sedikit pun dari kami, bukankah Allah menjelaskan dalam firman-NYA : “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 159-160].
Sebagai dari akhir ulasan ini, saya mengucapkan mohon maaf jika ada salah kata, atau ada kalimat yang kurang berkenan yang mendeskriditkan karakter sebuah profesi. Goreskanlah kritik dan saran yang membangun. Terimakasih J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar